Pontianak | kalbar.suarana.com – Malam Minggu di tepi Sungai Kapuas menawarkan pengalaman yang tidak biasa. Bukan tentang hiruk-pikuk kota, melainkan tentang keheningan yang memikat dan serunya menanti udang atau ikan menggigit umpan. Beberapa orang memilih jalan-jalan di pusat kota, tapi bagi komunitas kecil pemancing di sini, malam Minggu adalah waktu sempurna untuk merasakan keindahan alam sambil melempar kail.
Malam itu, suasana di tepian sungai begitu tenang. Angin sepoi-sepoi meniup lembut, menciptakan melodi yang menyatu dengan suara gemericik air. Cahaya bulan yang memantul di permukaan sungai menambah keindahan malam. Beberapa orang membawa lampu kecil yang di kepala, cukup untuk menerangi area memancing tanpa mengganggu ketenangan alam.
Bejo , seorang pemancing yang telah berpuluh tahun menghabiskan waktunya di Sungai Kapuas, tampak sibuk mempersiapkan peralatannya. “Memancing di malam hari itu lebih tenang. Ikan dan udang juga biasanya lebih aktif, terutama baung dan patin,” ujarnya sambil tersenyum.
Semakin malam, semakin banyak cerita yang muncul. Ada yang berbagi pengalaman tentang ikan terbesar yang pernah mereka tangkap, ada juga yang sekadar berbicara tentang kehidupan sehari-hari. Sambil menunggu umpan dimakan, mereka menikmati kopi hangat dan pisang goreng yang dibawa dari rumah.
Malam inin, bukan dapat dan tidak nya udang dan ikan , melainkan tentang kebersamaan dan menikmati momen di tengah alam. “Memancing seperti ini membuat kita lebih menghargai apa yang diberikan oleh Sungai Kapuas. Yang penting, jangan lupa menjaga kebersihan dan kelestariannya,” pesan bejo sebelum pulang.
Hingga larut malam, para pemancing mulai kembali ke rumah masing-masing dengan senyum puas. Malam Minggu di Sungai Kapuas benar-benar memberikan pengalaman yang tak terlupakan.
Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan keindahan sederhana dalam kegiatan memancing, sekaligus mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian Sungai Kapuas sebagai bagian dari kehidupan masyarakat setempat.
Pewarta : Mansyur
